Benarkah Pembelajaran Calistung (baca, tulis, dan hitung) Tidak Harus Diberlakukan atau Tidak Boleh Dipaksakan di Usia Dini?
Pembelajaran Calistung (baca, tulis, dan hitung) Tidak Harus Diberlakukan atau Tidak Boleh Dipaksakan di Usia Dini?_Di era yang semakin modern ini, mendengar istilah pendidikan usia dini rasanya bukan sesuatu yang asing lagi. Pendidikan usia dini merupakan tingkatan pendidikan paling awal yang diperuntukkan bagi anak usia 3-6 tahun. Pada usia ini, sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan otak dan emosional serta kemampuan fisik sang anak. Oleh kerena itu, ketika sang anak mulai mencapai usia di kisaran 3-6 tahun, sudah seharusnya orang tua mendaftarkan anak-anaknya di PAUD dan/atau di TK.
Namun yang menjadi permasalahan di sini adalah mulai diberikannya materi calistung (baca, tulis, hitung) pada anak usia dini pada sebagian besar anak TK atau PAUD di negeri ini.
Dan ternyata, menurut sebagian pakar pendidikan anak, pemberian materi ini cukup dikhawatirkan karena anak bisa merasa terbebani akibat otak terlalu ditekan untuk memikirkan apa-apa yang belum seharusnya mereka terima di usianya.
Alasan Calistung Tidak Baik Untuk Anak Usia Dini
Sebenarnya para pendidik (Bunda PAUD dan Guru TK) telah paham akan permasalahan pro dan kontra tentang baik atau tidaknya calistung bagi anak usia dini. Namun, salah satu alasan bagi PAUD/TK yang menyampaikan pembelajaran calistung adalah karena pada umumnya para orang tua/wali murid menganggap penguasaan calistung bisa menjadi tolok ukur keberhasilan anak dalam belajar di PAUD/TK. Sehingga sangat penting dilakukan sosialisasi lebih lanjut pada wali murid TK dan PAUD mengenai penting atau tidaknya (boleh atau tidak, bahaya atau tidak) pembelajaran calistung pada anak usia dini.
Selama itu, teori yang dirujuk dalam pendidikan usia dini adalah teorinya Jean Piaget. Dia mengatakan bahwa anak yang masih berusia di bawah 7 tahun belum bisa berpikir secara sempurna dan terstruktur.
Sehingga penerapan calistung tidak pas diterapkan untuk usia dini. Di samping itu, Penerapan tes baca, tulis dan berhitung menurut kemendikbud tidak dibenarkan. Karena kompetensi anak-anak usia dini belum saatnya untuk mempelajari ketiga kegiatan dasar tersebut.
Hal inilah yang membuat calistung tidak akan diperkenankan untuk dijadikan sebagai tes sebelum masuk pendidikan dasar.
Sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi, melalui dinas-dinas pendidikan daerah pemerintah mensosialisasikan tentang larangan mengajarkan calistung pada anak usia pra-sekolah.
Meskipun begitu, masih banyak lembaga pendidikan taman kanak-kanak yang memberlakukan sistem calistung ini.
Larangan pemerintah menyangkut penerapan calistung ini didasari pada beberapa asumsi. Pertama yaitu, pada usia dini yang diketahui anak hanyalah bermain sehingga pembelajaran model calistung ini sangat dikhawatirkan mendistorsi tugas anak yang kodratnya bermain.
Kedua, pembelajaran semacam ini ditakutkan akan berdampak terhadap tumbuh kembang si anak seperti pertumbuhan fisik dan otak yang lambat.
Akan tetapi seiring dengan berkembangnya zaman, cara pandang manusia terhadap calistung maupun pengetahuan lainnya pun berbeda.
Memang, pada dasarnya ilmu pengetahuan itu semuanya sama, yang membedakan hanyalah cara penyampaiannya saja.
Karena itu, di sini peran seorang pendidik sangatlah penting dalam proses belajar dan mengajar.
Sudah semestinya para pendidik itu paham bagaimana caranya menciptakan metode belajar yang kreatif dan menarik sehingga anak pun akan tertarik untuk belajar.
Pro dan Kontra Mengenai Pembelajaran Calistung
Fenomena mengenai calistung memang sudah lama diperbincangkan. Karenanya, tak heran jika saat ini mulai banyak teori dan pandangan dari para ahli yang menimbulkan pro dan kontra.
Pendapat Jean Piaget yang mengatakan bahwa calistung tidak sebaiknya diberikan pada anak usia di bawah 7 tahun kini banyak disangkal oleh beberapa peneliti terbaru.
Salah satu yang tidak sependapat dengan Jean Piaget adalah Glenn Doman. Dengan flashcardnya ia menunjukkan bahwa bayi memiliki kemampuan jauh lebih baik dalam menangkap pelajaran.
Pendapat lain dari Howard Gardner, seorang psikolog asal Amerika, ia memAndang calistung sebagai bagian kecil dari berbagai keterampilan yang harus diberikan anak seperti sensorik dan motorik.
Tak hanya itu saja Dr Marian Diamond, salah seorang Profesor dari Universitas Kalifornia, ia menyimpulkan bahwa semenjak dilahirkan sampai meninggal dunia manusia sangat mungkin meningkatkan kemampuan mentalnya melalui rangsangan lingkungan.
Nah apapun itu, tentunya sebagai orang tua kita pasti berharap yang terbaik bagi sang buah hati. Dan mengenai apa keputusan terbaik terkait permasalahan di atas, tampaknya orang tua harus bisa menimbang dan memutuskan sendiri mana yang terbaik untuk buah hatinya.
Jika memang setuju dengan pendapat yang menyatakan calistung belum saatnya buat sang buah hati, maka carilah lembaga pendidikan anak yang tidak menyertakan materi tersebut, begitupun juga sebaliknya.
Apapun pilihan keputusan Bapak/Ibu sebagai orang tua, saya yakin Andalah yang lebih paham tentang siap atau belumnya putra/putri Anda untuk menerima pembelajaran calistung, karena kesiapan kemampuan maupun kematangan antara si A dengan si B dan seterusnya tentu berbeda. Adakalanya anak 3 tahun lebih siap menerima pembelajaran calistung dari anak yang usianya lebih tua.
Baca juga:
Namun yang menjadi permasalahan di sini adalah mulai diberikannya materi calistung (baca, tulis, hitung) pada anak usia dini pada sebagian besar anak TK atau PAUD di negeri ini.
Dan ternyata, menurut sebagian pakar pendidikan anak, pemberian materi ini cukup dikhawatirkan karena anak bisa merasa terbebani akibat otak terlalu ditekan untuk memikirkan apa-apa yang belum seharusnya mereka terima di usianya.
Alasan Calistung Tidak Baik Untuk Anak Usia Dini
Sebenarnya para pendidik (Bunda PAUD dan Guru TK) telah paham akan permasalahan pro dan kontra tentang baik atau tidaknya calistung bagi anak usia dini. Namun, salah satu alasan bagi PAUD/TK yang menyampaikan pembelajaran calistung adalah karena pada umumnya para orang tua/wali murid menganggap penguasaan calistung bisa menjadi tolok ukur keberhasilan anak dalam belajar di PAUD/TK. Sehingga sangat penting dilakukan sosialisasi lebih lanjut pada wali murid TK dan PAUD mengenai penting atau tidaknya (boleh atau tidak, bahaya atau tidak) pembelajaran calistung pada anak usia dini.
Selama itu, teori yang dirujuk dalam pendidikan usia dini adalah teorinya Jean Piaget. Dia mengatakan bahwa anak yang masih berusia di bawah 7 tahun belum bisa berpikir secara sempurna dan terstruktur.
Sehingga penerapan calistung tidak pas diterapkan untuk usia dini. Di samping itu, Penerapan tes baca, tulis dan berhitung menurut kemendikbud tidak dibenarkan. Karena kompetensi anak-anak usia dini belum saatnya untuk mempelajari ketiga kegiatan dasar tersebut.
Hal inilah yang membuat calistung tidak akan diperkenankan untuk dijadikan sebagai tes sebelum masuk pendidikan dasar.
Sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi, melalui dinas-dinas pendidikan daerah pemerintah mensosialisasikan tentang larangan mengajarkan calistung pada anak usia pra-sekolah.
Meskipun begitu, masih banyak lembaga pendidikan taman kanak-kanak yang memberlakukan sistem calistung ini.
Larangan pemerintah menyangkut penerapan calistung ini didasari pada beberapa asumsi. Pertama yaitu, pada usia dini yang diketahui anak hanyalah bermain sehingga pembelajaran model calistung ini sangat dikhawatirkan mendistorsi tugas anak yang kodratnya bermain.
Kedua, pembelajaran semacam ini ditakutkan akan berdampak terhadap tumbuh kembang si anak seperti pertumbuhan fisik dan otak yang lambat.
Akan tetapi seiring dengan berkembangnya zaman, cara pandang manusia terhadap calistung maupun pengetahuan lainnya pun berbeda.
Memang, pada dasarnya ilmu pengetahuan itu semuanya sama, yang membedakan hanyalah cara penyampaiannya saja.
Karena itu, di sini peran seorang pendidik sangatlah penting dalam proses belajar dan mengajar.
Sudah semestinya para pendidik itu paham bagaimana caranya menciptakan metode belajar yang kreatif dan menarik sehingga anak pun akan tertarik untuk belajar.
Pro dan Kontra Mengenai Pembelajaran Calistung
Fenomena mengenai calistung memang sudah lama diperbincangkan. Karenanya, tak heran jika saat ini mulai banyak teori dan pandangan dari para ahli yang menimbulkan pro dan kontra.
Pendapat Jean Piaget yang mengatakan bahwa calistung tidak sebaiknya diberikan pada anak usia di bawah 7 tahun kini banyak disangkal oleh beberapa peneliti terbaru.
Salah satu yang tidak sependapat dengan Jean Piaget adalah Glenn Doman. Dengan flashcardnya ia menunjukkan bahwa bayi memiliki kemampuan jauh lebih baik dalam menangkap pelajaran.
Pendapat lain dari Howard Gardner, seorang psikolog asal Amerika, ia memAndang calistung sebagai bagian kecil dari berbagai keterampilan yang harus diberikan anak seperti sensorik dan motorik.
Tak hanya itu saja Dr Marian Diamond, salah seorang Profesor dari Universitas Kalifornia, ia menyimpulkan bahwa semenjak dilahirkan sampai meninggal dunia manusia sangat mungkin meningkatkan kemampuan mentalnya melalui rangsangan lingkungan.
Nah apapun itu, tentunya sebagai orang tua kita pasti berharap yang terbaik bagi sang buah hati. Dan mengenai apa keputusan terbaik terkait permasalahan di atas, tampaknya orang tua harus bisa menimbang dan memutuskan sendiri mana yang terbaik untuk buah hatinya.
Jika memang setuju dengan pendapat yang menyatakan calistung belum saatnya buat sang buah hati, maka carilah lembaga pendidikan anak yang tidak menyertakan materi tersebut, begitupun juga sebaliknya.
Apapun pilihan keputusan Bapak/Ibu sebagai orang tua, saya yakin Andalah yang lebih paham tentang siap atau belumnya putra/putri Anda untuk menerima pembelajaran calistung, karena kesiapan kemampuan maupun kematangan antara si A dengan si B dan seterusnya tentu berbeda. Adakalanya anak 3 tahun lebih siap menerima pembelajaran calistung dari anak yang usianya lebih tua.
Baca juga:
- Cara Melatih Anak Agar Cepat Bisa Membaca
- Cara Melatih Anak Supaya Cepat Bisa Menulis
- Cara Efektif Belajar Matematika
Demikian tentang Perlu atau Tidaknya Pembelajaran Calistung pada Anak Usia Dini. Semoga bermanfaat.